foto dipinjam di sini |
Begitulah dekat kami dengan nenek, saling kontak, saling bertanya, menanyakan kabar dan memberi kabar. Semua keluarga yang ke rantau pasti singgah ke rumahnya di Kalibata. Tapi yang mirisnya, aku kadang tau dia sering bersedih dengan keadaannya yang sendirian tinggal di Jakarta, kakek telah tiada. Memang dia tidak punya anak, ponakan sih banyak bangeeet, berderet.
Bukan sekali-dua kali semua keluarga di kampung meminta dia pulang saja, tinggal di rumah. Dia takkan sendirian di rumah, bagaimanapun walau semua orang di rumah bekerja, selalu akan ada yang bakal bisa menemaninya. Anak dan cucu yang banyak pasti juga akan membuat suasana ramai. Toh dia juga membuat sebuah rumah pribadi di kampung, yang berarti dia bisa pulang dan tinggal di sana kapan saja jika dia mau.
Nah, di sinilah aku melihat betapa mengikatnya kenangan. Betapa kenangan itu juga bisa menentukan hidup seseorang. Dia dari muda tinggal di Jakarta, Kuliah di bogor, bekerja di Jakarta dan mendapatkan suami juga di Jakarta, sehingga kenangan akan tempat ini membuat dia tak gampang meninggalkan kota ini. Jika ke rumahnya, akan ditemukan barang-barang peninggalan kakek yang menumpuk di kamarnya. Baju kakek, sepatu kakek, buku-bukunya. Dia juga akrab dengan tetangga dan punya keterikatan dengan daerah sekitar rumahnya. Belum lagi rumah ini yang dia bangun dari awal bersama-sama kakek takkan segampang itu dia jual lagi atau dia titipkan ke orang lain.
Sebegitulah kuatnya kenangan, bisa menentukan apakah ada keputusan yang akan diambil atau sama sekali tidak diambil.
Apa kenangan yang paling mengikatmu?
Sebegitulah kuatnya kenangan, bisa menentukan apakah ada keputusan yang akan diambil atau sama sekali tidak diambil.
Apa kenangan yang paling mengikatmu?
"budaya matrilinial" iku opo to cit??
BalasHapusAnyway tulisan icit yg ini bagus dan bermakna.. aku suka... jadi terinspirasi bikin tulisan abis baca ini... ^^
Kalo aku Kenangan yg mengikatku adalah kenangan semasa SMP yg paling berkesan di hati ^^
Matrilinial itu alur keturunan dari garis ibu, van.
HapusJieee...pasti ada ehem2nya di SMP
Kenangan yang paling mengikat? Jogja!
BalasHapusSemua rasa ada di situ :)
Kenangan paling mengikat saya terbagi ke beberapa fase, anak-anak non sekolah, sekolah, kuliah, dan kini bekerja serta berkeluarga.
BalasHapussetiap fase kenangan punya caranya masing-masing buat selalu muncul tiba-tiba, atau bikin melankolis mendadak. tapi memang, kenangan itu begitu kuat sampai kadang2 kita rela ga ambil sebuah keputusan atau bahkan ngebuat keputusan yang begitu lain daripada kenangan tersebut. kadang sih..